Kamis, 02 April 2015

Mungkin Jarak Juga Salah

“Sayang, aku merasa gagal jadi pacarmu”

“Tidak ada yang gagal”

Aku bukan orang yang ingin menumpahkan kesalahan pada siapapun. Tapi aku pun enggan menyalahkan diri sendiri. Meski aku tau selama ini aku bersikap di luar batas wajar. Mungkin begitu. Aku juga masih enggan mengakui. Kulakukan itu karena aku tak mau kehilangan. Baiklah, ku akui memang aku egois padanya. Aku terlalu memposisikan diriku bak ratu yang harus dituruti segala maunya. Aku akan dengan cepat terserang rasa takut jika ia hendak pergi jauh. Bukan keselamatannya yang aku takutkan, tapi hatinya yang bagiku rentan diambil orang.

Beberapa orang menanyakan apakah kekasihku ini laki-laki yang suka menggoda wanita, aku bilang tidak. Lantas mengapa aku sering mengkhawatirkannya? Kupikir karena apa yang aku lihat di sini. Bagaimana organisasi membentuk kenyamanan bagi dua insan. Terlebih kekasihku ini orang nomor dua di fakultasnya. Dia begitu popular. Banyak gadis yang akan menyerbunya. Tentu saja gadis-gadis tersebut tak akan pernah memikirkan kekasih laki-laki ku ini. Begitu pikirku.

Aku tak ingin jadi belenggu, nyatanya aku mengikatkan tali pada kakinya. Aku tak ingin terus menahannya dalam duniaku, tapi aku enggan memberinya celah untuk keluar ke dunianya. Sama saja. Iya, aku merasa gagal jadi kekasihnya. Atau mungkin jarak yang membuatku gagal?


Mungkin jarak juga salah.

Kamis, 21 Maret 2013

Cerita di Depan Mading FIB

Setiap orang yang leawat di depanku, aku berharap itu dia, orang yang akan aku wawancara, orang yang bahkan belum pernah kutemui sebelumnya. Sudah setengah jam aku duduk di bangku panjang di depan mading FIB. Ya, ini yang disebut menunggu.

Di bangku sebelahku, duduk seorang gadis jaket merah dan lelaki di sampingnya. Aku mengenal lelaki itu, tapi kupikir ia tidak ingat padaku.

Aku ingat lelaki itu, dulu awal masuk kuliah dialah lelaki yang aku idolakan, beberapa kali pertemuan dengannya, aku selalu menyapa dengan senyum lebar, beberapa detik setelah ia berlalu  aku meloncat-loncat kegirangan dengan tawa lebar. Bodoh.

Aku ingat lelaki itu, aku menangis ketika ia kecewa dengan kami—MABA—yang tidak menghormati kakak panitia OSPEK.

Aku ingat lelaki itu, pagi tadi aku berada dalam satu ruangan dengannya. Hanya saja ia tidak mengingatku. Ia malah bercanda dengan temanku, teman wanitaku yang dianggap cantik oleh para lelaki.

Beberapa menit yang lalu di bangku depan mading FIB ini, ia sempat melihatku. Hanya melihat beberapa detik. Itu sudah cukup menjelaskan padaku, ia tidak ingat dengan gadis yang dulu tersenyum lebar setiap kali bertemu dengannya, dan aku terlalu malu untuk mengingatkan padanya siapa aku. Waktu pun belum memberiku waktu untuk berbicara dengannya.

Setengah jam kemudian ia pergi, beberapa menit setelah kepergiannya, gadis jaket merah  juga pergi ke arah yang berlawanan dengan lelaki tadi sembari menenteng helm.

Sabtu, 16 Maret 2013

Anak Kost Bercerita

Apa itu hemat? Kenalkan aku pada hemat, sebab semua orang menyuruhku untuk hemat. Aku juga merasa begitu. Setiap akhir bulan tidak ada uang yang tersisa di dompet dan di bank. Solusinya ya ngutang, tapi resikonya jatah uang bulan depan juga harus dipotong buat bayar utang, begitu seterusnya.

Bulan ini sebenarnya dompetku sudah sedikit tertiup angin segar, uang bulanan ditambah, taapiii, kebutuhan juga banyak, harus beli karpet, bayar jaket BEM, beli hitter, beli meja belajar, dan beli baju hehe. Awal bulan uang bulananku sudah habis setengahnya. Sekarang pertengahan bulan aku harus mengkhawatirkan nasibku nanti di akhir bulan. Padahal aku barusan pesen jaket Tae Kwon Do, aku belum bayar pulsa, jaket BEM juga belum lunas, dan lagi aku janji mau beli puding buat orang di rumah kalau aku pulang nanti.

Untuk mengatasi masalah finansial yang semacam itu, aku sudah buat menu makanan untuk setiap harinya yang murah dan bergizi, dan kebanyakan nasi campur dan bubur ayam karena memang itu yang harganya terjangkau dan bergizi hehe.

Barelang (Depot Kostku) sudah bukan pilihan awal, sebab semua harga naik dengan porsi yang tetap.  Intinya aku mencoba hemat, aku mau akhir bulan nanti dompetku tidak kesepian fufufu.

Bercerita tentang Kematian


Aku berfikir tentang kematian, kapan aku mati, bagaimana aku mati. Bukankah sudah seharusnya kita sebagai manusia selalu ingat dengan kematian? Ketika aku memikirkan kematian aku merasa seperti debu, sewaktu-waktu angin akan meniupku ke suatu tempat yang jauh. Kadang aku takut untuk memikirkan terlalu jauh, aku selalu teringat orangtuaku, keluargaku, teman-temanku, kuliahku, dan rencana panjang hidupku. Jika aku mati apakah semua akan mengingatku? Bagaimana dengan rencana hidupku? Aku masih ingin melanjutkan S2, aku ingin menikah dengan laki-laki tampan, aku ingin jadi ibu, aku ingin menceritakan kisahku pada anakku, dan masih banyak lagi. 

Tapi bila aku ingat Tuhanku, aku merasa siap mati kapanpun. Aku tidak ingin menambah dosa di dunia. Keluargaku? Aku yakin kami akan dipersatukan di surge, semoga begitu. Jodohku? Semua orang diciptakan berpasangan, aku tak akan khawatir tentang jodohku, kami akan bertemu di sana. Abadi.
Free Blog Template by June Lily