Kamis, 02 April 2015

Mungkin Jarak Juga Salah

“Sayang, aku merasa gagal jadi pacarmu”

“Tidak ada yang gagal”

Aku bukan orang yang ingin menumpahkan kesalahan pada siapapun. Tapi aku pun enggan menyalahkan diri sendiri. Meski aku tau selama ini aku bersikap di luar batas wajar. Mungkin begitu. Aku juga masih enggan mengakui. Kulakukan itu karena aku tak mau kehilangan. Baiklah, ku akui memang aku egois padanya. Aku terlalu memposisikan diriku bak ratu yang harus dituruti segala maunya. Aku akan dengan cepat terserang rasa takut jika ia hendak pergi jauh. Bukan keselamatannya yang aku takutkan, tapi hatinya yang bagiku rentan diambil orang.

Beberapa orang menanyakan apakah kekasihku ini laki-laki yang suka menggoda wanita, aku bilang tidak. Lantas mengapa aku sering mengkhawatirkannya? Kupikir karena apa yang aku lihat di sini. Bagaimana organisasi membentuk kenyamanan bagi dua insan. Terlebih kekasihku ini orang nomor dua di fakultasnya. Dia begitu popular. Banyak gadis yang akan menyerbunya. Tentu saja gadis-gadis tersebut tak akan pernah memikirkan kekasih laki-laki ku ini. Begitu pikirku.

Aku tak ingin jadi belenggu, nyatanya aku mengikatkan tali pada kakinya. Aku tak ingin terus menahannya dalam duniaku, tapi aku enggan memberinya celah untuk keluar ke dunianya. Sama saja. Iya, aku merasa gagal jadi kekasihnya. Atau mungkin jarak yang membuatku gagal?


Mungkin jarak juga salah.

Comments:

Posting Komentar

Free Blog Template by June Lily