Masih tentang kos.
Aku ingin berbagi
bagaimana rasanya menjadi anak kos. Hidup sendiri, mencari makan sendiri, tidur
sendiri, dan lain sebagainya.
Biar ku jelaskan lebih
lanjut, tempat kosku tidak memiliki dapur ! baru aku sadari rupanya aku kos
pada pemilik yang notabene berjiwa bisnis. Deskripsinya begini, ia membangun
kamar kos di lantai 2 rumahnya, lalu di samping rumahnya (baca: bekas garasi)
ia membuka depot makanan. Bisa kau tebak, jika aku kelaparan aku tinggal turun
ke lantai 1, memesan, menunggu, dan makan. Kapan aku membayarnya? Nanti, akhir
minggu pasti ku bayar.
Satu minggu di tempat
kos, aku mulai terbiasa dengan rutinitas seperti itu. Menginjak dua minggu di
kos aku mulai bosan dengan menu masakan yang ada. Lalu kucoba makan di sebuah
depot nasi campur dekat kampusku. Kutemukan makanan kesukaan ku di sana.
TONGKOL. Kusebut depot ini lezat, hemat dan bergizi. Sesuai dengan pesan ibuku,
bahwa aku harus memakan makanan yang hemat dan bergizi. Untuk sepiring nasi
dengan tongkol, sayur-sayuran, telur/ayam, boleh kau tambahkan tempe, si ibu
pemilik depot hanya meminta 5000 rupiah saja sebagai pembayarannya.
Jika porsi makanmu
kecil, dengan makan setengah porsi nasi, sayur, dan telur, kau cukup merogoh
kocek 3000 rupiah saja !! lezat, hemat, dan bergizi !
Untuk masalah minum
sejauh ini aku tak menemui masalah. Sudah disediakan air minum di depan kamar
kos. Ingin susu atau kopi? Haha, sudah kusediakan teko pemanas air elektrik,
pemberian dari tanteku di Surabaya.
Pakaian kotor?
Serahkan pada laundry. Kecuali untuk pakaian dalam, jelas itu ku cuci sendiri.
Kugunakan sabun colek untuk mencuci pakaian dalam dan gelas air minum ku. Sabun
colek yang sungguh multifungsi kan? Selain harganya yang cukup terjangkau,
hanya 2000. Bisa kugunakan sampai 1 bulan.
To be continue..
Comments:
Posting Komentar