Ada yang
bilang “hidup ini panggung sandiwara”, sebuah skenario Tuhan yang kita mainkan
setiap hari. Semua orang memiliki perannya masing-masing. Bahkan hidup kita
telah banyak difilmkan. Ya, akulah penikmat film. Beberapa menit yang lalu
dihari libur panjangku, masih dengan piyama, telah kusaksikan sebuah film karya
anak bangsa yang kubilang “indah”. Sebuah cerita yang cukup berbeda dengan
karakter perfilman di negeriku, cerita yang sulit ditebak. Ya, sebab di
negeriku sangat mudah untuk menebak ending cerita sebuah film. Berbeda dengan
kehidupan nyata yang sulit ditebak, berbeda pula dengan apa yang baru kunikmati
di layar laptopku tadi.
Sebuah
film yang selalu menyebut “Neptunus”, mungkin kau tau maksudku. Ya, inilah
Perahu Kertas yang kubilang indah dan sulit ditebak. Entah instingku yang
kurang peka atau mungkin film ini memangdiciptakan bukan untuk ditebak. Kupikir
si pemeran utama wanita (Kugy) akan kembali bersama kekasihnya, Remi. Ia
menangis, Ia gelisah, Remi pun begitu. Tapi salah, diceritakan bahwa Kugy
kembali pada sahabatnya Keenan. Sedangkan Remi yang tadi kubilang juga turut
pula gelisah, justru akhirnya bersama rekan kerjanya. Karena Ia gelisah untuk
si rekan kerjanya, bukan Kugy.
Indah,
sulit ditebak, tapi membuatku berpikir. Betapa cepatnya mereka berpindah dari
satu hati ke hati yang lain. Inikah yang orang tua bilang “labil”? Kugy lebih
dulu menyayangi Keenan, tapi ia telah bersama Remi, dan telah memilih bersama
Remi. Tapi begitu Remi pergi, secepat itu Ia kembali pada Keenan. Satu
pertanyaan muncul, apa manusia memang labil atau memang Tuhan sengaja
membolak-balikkan perasaan seseorang?
Comments:
Posting Komentar