Sabtu, 09 Februari 2013

Berbicara tentang Film


Ada yang bilang “hidup ini panggung sandiwara”, sebuah skenario Tuhan yang kita mainkan setiap hari. Semua orang memiliki perannya masing-masing. Bahkan hidup kita telah banyak difilmkan. Ya, akulah penikmat film. Beberapa menit yang lalu dihari libur panjangku, masih dengan piyama, telah kusaksikan sebuah film karya anak bangsa yang kubilang “indah”. Sebuah cerita yang cukup berbeda dengan karakter perfilman di negeriku, cerita yang sulit ditebak. Ya, sebab di negeriku sangat mudah untuk menebak ending cerita sebuah film. Berbeda dengan kehidupan nyata yang sulit ditebak, berbeda pula dengan apa yang baru kunikmati di layar laptopku tadi.

Sebuah film yang selalu menyebut “Neptunus”, mungkin kau tau maksudku. Ya, inilah Perahu Kertas yang kubilang indah dan sulit ditebak. Entah instingku yang kurang peka atau mungkin film ini memangdiciptakan bukan untuk ditebak. Kupikir si pemeran utama wanita (Kugy) akan kembali bersama kekasihnya, Remi. Ia menangis, Ia gelisah, Remi pun begitu. Tapi salah, diceritakan bahwa Kugy kembali pada sahabatnya Keenan. Sedangkan Remi yang tadi kubilang juga turut pula gelisah, justru akhirnya bersama rekan kerjanya. Karena Ia gelisah untuk si rekan kerjanya, bukan Kugy.

Indah, sulit ditebak, tapi membuatku berpikir. Betapa cepatnya mereka berpindah dari satu hati ke hati yang lain. Inikah yang orang tua bilang “labil”? Kugy lebih dulu menyayangi Keenan, tapi ia telah bersama Remi, dan telah memilih bersama Remi. Tapi begitu Remi pergi, secepat itu Ia kembali pada Keenan. Satu pertanyaan muncul, apa manusia memang labil atau memang Tuhan sengaja membolak-balikkan perasaan seseorang?

Comments:

Posting Komentar

Free Blog Template by June Lily